Tahukah anda, jika anda hidup di wilayah indonesia dan sekitarnya, pergeseran arah kiblat sebesar 1 derajat saja bisa melencengkan arah sekitar 100 km dari titik Ka’bah? Semakin jauh kita dari Ka’bah lencengan arah ini akan semakin besar. Jadi, sangat dianjurkan untuk setepat mungkin menentukan arah kiblat ini, baik bagi masjid dan mushola maupun ketika kita sholat di rumah atau kantor. Jadi teringat dulu ketika kuliah belajar mata kuliah Ilmu Segitiga Bola. Belajar menghitung arah kiblat dari rumah dan masjid sendiri-sendiri. Asyik juga kala itu.
Berdasarkan tinjauan astronomis atau ilmu falak, terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk meluruskan arah kiblat diantaranya adalah menggunakan kompas, theodolit, rasi bintang, matahari, dan yang paling mudah adalah saat matahari tepat di atas Ka'bah (Makkah)yang dikenal dengan istilah Istiwa A'zam (Istiwa Utama). Di kalangan masyarakat pesantren di Indonesia istilah yang cukup dikenal adalah "zawal" atau "rashdul qiblat". Istiwa adalah fenomena astronomis saat posisi matahari melintasi meridian langit. Dalam penentuan waktu shalat, istiwa digunakan sebagai pertanda masuknya waktu shalat dzuhur. Pada saat tertentu di sebuah daerah dapat terjadi peristiwa yang disebut Istiwa Utama atau 'Istiwa A'zam' yaitu saat posisi matahari berada tepat di titik Zenith (tepat di atas kepala) suatu lokasi dimana peristiwa ini hanya terjadi di daerah antara 23,5˚ Lintang Utara dan 23,5˚ Lintang Selatan.
Istiwa Utama yang terjadi di kota Makkah dapat dimanfaatkan oleh kaum Muslimin di negara-negara sekitar Arab khususnya yang berbeda waktu tidak lebih dari 5 (lima) jam untuk menentukan arah kiblat secara presisi menggunakan teknik bayangan matahari. Istiwa A'zam diMakkah terjadi dua kali dalam setahun yaitu pada tanggal 28 Mei dan 16 Juli pada tahun-tahun biasa. Sedangkan untuk tahun-tahun Kabisat dan setahun berikutnya tanggal ini kadang maju 1hari (27 Mei dan 15 Juli). Fenomena Istiwa Utama terjadi akibat gerakan semu matahari yang disebut gerak tahunan matahari (musim) sebab selama bumi beredar mengelilingi matahari sumbu bumi miring 66,5˚ terhadap bidang edarnya sehingga selama setahun terlihat di bumi matahari mengalami pergeseran 23,45˚ LU sampai 23,45˚ LS. Saat nilai azimuth matahari sama dengan nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut terjadi Istiwa Utama yaitu melintasny matahari melewati zenith lokasi setempat.
Berikut ini 4 langkah untuk melakukan pengecekan arah kiblat
1. Sediakan tongkat lurus panjang 1 sampai 2 meter dan peralatan untuk memasangnya. Siapkan juga jam yang sudah dikalibrasi waktunya secara tepat dengan radio/televisi/internet;
2. cari lokasi di samping atau di halaman masjid yang masih mendapatkan penyinaran matahari pada jam-jam tersebut serta memiliki permukaan tanah yang datar. Pasang tongkat secara tegak dengan bantuan pelurus berupa tali dan bandul. Persiapan jangan terlalu mendekati waktu terjadinya rashdul qiblah agar tidak terburu-buru.
3. Saat rashdul qiblah berlangsung amatilah bayangan matahari yang terjadi (toleransi +/- 2 menit). Di Indonesia peristiwa rashdul qiblah terjadi pada sore hari sehingga arah bayangan menujuu ke Timur. Sedangkan bayangan yang menuju ke arah Barat agak serong ke Utara merupakan arah kiblat yang tepat.
4. gunakan tali, susunan tegel lantai, atau pantulan sinar matahari menggunakan cermin untuk meluruskan lokasi ini ke dalam masjid/rumah dengan menyejajarkannya terhadap arah bayangan.
Selain keempat langkah tersebut, tongkat lurus, menara, sisi selatan bangunan masjid, tiang listrik, tiang bendera, atau benda lain yang tegak juga bisa digunakan untuk melihat bayangan.
0 komentar:
Post a Comment